Kamis, 14 Mei 2009

berziarah di Taj Mahal



1.
fajar menyingsing
aku terbangun pada cadik di atas aliran Yamuna
saujana membentang menggaris elok syair alam

2.
bayangan Syuhada pada lapak-lapak benteng merah
masih terngiang dan terhapus sedikit-sedikit
roda kekuasaan berputar
di sini di Agra ini mereka pernah berdiri kokoh
entah kapan takbir mereka kembali menggema di tanah ini

3.
aku tak hiraukan perawan-perawan itu
meski sarinya dari sutra, mahendi,
pun bindya terbaik mereka kenakan
sebab khimar seseorang masih melambai di hati

4.
megah engkau wahai bangunan puisi
seimbang, selaras, harmoni setiap jengkal
garis-garis keteguhan Ustad Isa
pada bongkahan marmer-marmer putih

5.
kepingan-kepingan sajak itu berlayar
dan ditarik ribuan gajah
dan berkumpul di atas pembaringan Mumtaz Mahal
tersusun megah puisi berjuluk Taj Mahal

lambang cinta...
Syah Jahan

6.
sebelum ku balik ke Makassar.
kukulum senyum pada nisan kalian berdua wahai pecinta abadi
kuingin belajar pada kalian
kuingin membangun Taj Mahal untuk seorang Mumtaz Mahal
meskipun aku bukan seorang Syah Jahan
aku hanya seorang Adrian Syah
tapi aku tetap ingin...

Senin, 11 Mei 2009

para pelari


hidup adalah lomba lari.


setiap 365 meter jarak yang ditempuh
kita menyebut jejak itu hari ulang tahun
pada jejak itu pula
orang sekeliling menuang secawan air tuk lepaskan dahaga,
agar lebih semangat kembali lari.
namun ada juga menuang arak, ada pula menuang sam-sam
semua ada efeknya

di ujung sana telah menanti tali finis kafan
sebakul kembang kamboja yang siap ditabur di atas podium
pula piala nisan siap disematkan di kepala seperti topi para penari sufi
di piala telah tertulis nama pelari
lengkap beserta hari dan tanggal finis
kita-kita!

selama kita masih berlari
mari menyebut asma-Nya dalam nafas dalam desah
saling mengngatkan agar terhidar dari duri yang nampak pun yang tersembunyi
pastikan tangan kita tetap mengayun menebar kasih dengan fasih
agar sesampainya dirumah, kita bisa mengulung senyum
tidak meringis tangis karena habis menginjak duri

anak-anak terbuang

hanya setitik kecewa
matamu melotot
pun tak jua sperma
tiba-tiba tenggorokanmu bunting
kemudian berlahiranlah
dari selangkangan belah bibirmu

anak sundala'
anak suntili'
anak anjing'
anak siala'
bahkan
anak songkolo'

mereka lahir bercampur tai'.

puas tergambar pada rautmu
setelah melahirkan anak-anakmu.

tak bisakah kau aborsi
kemudian kau telan dalam hati,
aku tak suka anakmu bermain ditelingaku
apalagi kalau sampai menempel dihidungku.