Sabtu, 23 Agustus 2008

Hewan Berpidato

Seperti biasa anak-anak ini kalo abis ngaji minta diceritain sesuatu sebelum pulang.
"Cerita dulu dong kak ustad sebelum kami pulang" teriak anak-anak TPA serentak.
"Iya-iya" kataku. Aku terdiam sebentar. Berpikir sejenak. Cerita apa yah? Teringatlah cerita yang aku buat sendiri dan memang sengaja aku buat untuk para dinda-dindaku yang tercinta.

"Tenang... tenang... adik, kakak akan cerita nih disimak yah, semoga kita bisa mengambil hikmahnya."

Aku pun mulai bercerita...

"Suatu hari berkumpullah 4 ekor hewan, diantaranya kuda, sapi, ayam jago, dan babi mereka akan bergiliran maju berpidato.

Giliran pertama adalah kuda:
"Aku adalah binatang paling berguna aku bisa dijadikan transportasi, apabila tuanku mengingingkan, aku akan membawa tuanku kemana pun ia mau. Lariku cepat, tubuhku gagah. Apabila panen raya tiba, mereka mengangkut hasil panennya dengan punggungku, hebat bukan..."
Ujar kuda dengan bangganya. Kuda menambahkan lagi
"Aku tidak seperti sapi yang lamban, sukanya hanya
bermalas-malasan di bawah pohon sambil mengunyah rumput."

Setelah kuda sekarang giliran sapi berpidato:
"Aku memang lamban dan suka bermalas-malasan, akan tetapi tenaga saya dipakai manusia untuk membajak sawah dan susu saya diminum manusia yang menjadikannya kuat. Tidak seperti ayam yang sukanya bertengkar setiap hari dan sering beol dirumah tuannya."

Giliran ayam jago. Dengan suara yang lantang, ayam berpidato:
"Aku memang suka bertengkar, aku juga suka beol di rumah tuan saya. Tapi yang perlu kalian ingat, akulah yang membangunkan kalian di waktu subuh, akulah yang membangunkan manusia di waktu subuh untuk menunaikan kewajibannya. Aku memiliki bulu yang cantik dan telur istri aku adalah santapan lezat manusia." Dengan bangganya ayam jago kemudian berkokok lalu melanjutkan pidatonya "Aku tidak seperti babi yang taunya merusak tanaman petani, suka makan kotoran, memiliki wajah yang buruk, dan dagingnya haram dimakan manusia" cerocos si ayam jago ia mengepakkan sayapnya sambil berkokok dan melompat dari atas podium.

Dengan kepala tertunduk babipun maju memulai pidatonya:
"Saya memang suka merusak tanaman petani, suka makan kotoran, wajah saya buruk, dan daging saya haram. Saya juga tidak memiliki kelebihan seperti kalian, tapi saya masih bersyukur jadi babi, dibandingkan jadi manusia yang memperturutkan hawa nafsunya,
sehingga dia melakukan korupsi,
mabuk-mabukan,
kawin dengan sama jenis yang diantara kita pun
tidak pernah melakukannya,
berzina,
berkunjung di situs porno,
tawuran,
ngomong sundala',
dan kelakuan lainnya
yang hanya memperturutkan hawa nafsunya."

Kuda, sapi, dan ayam jago pun terhenyah dan terdiam mereka berpikir dalam hati ternyata ada yang lebih rendah daripada babi."

"Adik-adik itulah ceritanya... Jadi kalo orang hanya memperturutkan hawa nafsunya maka dia akan memiliki derajat yang lebih rendah daripada binatang dan apabila mampu mengendalikan hawa nafsunya maka dia akan lebih mulia daripada malaikat" anak-anak itupun mengangguk-angguk. Saya kembali melanjutkan hikmah cerita.
"Perkataan si babi emang bener sekali adik yah, karena kata-katanya senada dengan firman Alloh, surat al-furqon ayat 43 sampai 44."

Aku pun membacakan artinya.
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari bintang ternak itu)."

Setelah aku selesai bercerita mereka pun pulang dengan riangnya. "Besok cerita apa lagi yah" aku pun tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar